NGANJUK-JATIM. Ratusan santri yang tergabung di IPNU – IPPNU Cabang Nganjuk, menyelenggarakan kegiatan kemah santri selama 2 (dua) hari (Sabtu dan Minggu) dilapangan Kelurahan Payaman Kecamatan Nganjuk yang dimulai pada Sabtu (26/10/2019).

“Kemah santri ini diikuti oleh 392 peserta yang terdiri dari 49 tim, yang mana di setiap tim terdiri dari 8 orang. Adapun peserta tersebut berasal dari anggota IPNU – IPPNU se-kabupaten Nganjuk diantaranya IPNU – IPPNU Berbek, Nganjuk, Bagor, Gondang, Tanjunganom, Rejoso dan Sawahan serta Kecamatan lainnya,” kata Ketua Pelaksana Kemah Santri Ahmad Zainul Hasan.

Dikatakan, Kemah Santri ini banyak kegiatan-kegiatan yang menanamkan nilai-nilai Islam Aswaja. “Kita hadirkan para Kiai dan pimpinan Aswaja NU Center Nganjuk untuk menjadi narasumber. Hal tersebut sebagai upaya penanaman nilai-nilai aswaja pada pelajar Nganjuk,” terangnya.

Sebelumnya, kegiatan Kemah Santri ini diawali dengan upacara dan menyanyikan lagu Indonesia Raya serta dilanjutkan Yaalal Waton, dengan pimpinan upacara K.H. Bisri Hisyam, Ketua Tanfidziyah PCNU Nganjuk.

Dalam sambutannya, K.H. Bisri Hisyam menyampaikan, tujuan pokok diadakan kemah santri ini adalah menumbuhkan sikap mandiri serta teguh berjuang menghadapi tantangan kebodohan, tantangan kemiskinan dan tantangan keterbelakangan, dan diharapkan memiliki nilai tambah bagi para peserta.

“Peserta harus mampu mandiri, harus bisa diukur, harus ada nilai tambah yang dapat duambil dari kemah santri ini, karena kaluan adalah calon penerus bangsa dan negara,” sambutnya.

Ketua Tanfidziyah PCNU Nganjuk ini juga berharap kepada peserta, agar menjadi calon generasi penerus yang mewarisi nilai nilai yang diajarkan oleh para kyai dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila.

“Siapa kita.! Santri, Santri .! Nderek kyai,” seru kyai Bisri saat yel-yel di upacara pembukaan Kemah Santri.

Dikatakan juga oleh Kyai Bisri, saat ini kita hidup di zaman milenial, dimana tugas pokok kita adalah mengisi kemerdekaaan dengan melanjutkan perjuangan para ulama, para kyai yang mendahului kita, yang rela berkorban untuk menghadapi penjajah.

“Untuk itu, kita sekarang harus ikut andil dalam berjuang menghadapi tantangan yang lebih berat yakni tantangan kebodohan , tantangan kemiskinan dan tantangan keterbelakangan,” katanya.

Diketahui, di tahun 2019 ini, untuk yang ke-empat kalinya Keluarga Besar Nahdlatul Ulama dan seluruh rakyat Indonesia memperingati Hari Santri.

Pemerintah Republik Indonesia, mengakui peran penting kaum santri, maka dari itu, melalui Kepres No. 22 Tahun 2015, maka tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri.