Mengingat NU adalah organisasi besar yang secara berkesinambungan membutuhkan kader-kader yang diposisikan untuk kedepan dan masa depan.  Ada empat prinsip dasar kaderisasi yang meliputi teologis, kosmologis, epistemologis dan ideologis NU yang perlu dielaborasi kembali sebagai pegangan operasionalisasi program yang lebih teknis.

1. Prinsip Teologi

Masyarakat NU menetapkan Ahlussunnah  wal  Jamaah (aswaja) sebagai akidah resmi. Aswaja ini secara teologi bermazhab pada Asyíariyyah dan Maturidiyyah. Artinya teologi NU adalah teologi yang berusaha mengenalkan adanya Allah dan ke-Esa-an-Nya dengan  mengenal adanya sifat dan asma Allah.

Pemahaman aswaja dalam kecenderungannya saat ini tidak lagi bertolak dari perspektif doktrinal dalam bingkai dikotomis antara firqah dhalalah (kelompok sesat) dan firqah najiyah  (kelompok yang benar dan selamat) tetapi langsung ke persoalan tauhid  yang  lebih diarahkan pada analisa sejarah sosial politik yang melatarbelakanginya. Artinya tilikan doktrinal terhadap Aswaja disempurnakan dengan  tilikan historis sebagai manhaj dalam pemikiran keagamaan. Dengan demikian dalam konteks kekinian aswaja harus merupakan  refleksi iman atas berbagai problem konkrit yang dihadapi umat.

Aswaja yang demikian itu kemudian  menjelma menjadi praksis iman yang nyata  dan  bergerak  melampaui Aswaja ketika pada saat awal sekali diadaptasi. Di manapun Aswaja memiliki  prinsip yang sama yaitu moderasi, toleransi, keadilan dan kerakyatan. Kehadiran NU telah memberikan wajah Islam yang lebih moderat dan toleran. Dalam kenyataannya komunitas  Islam model itulah yang mampu  menciptakan kerukunan  sosial sehingga kemudian tercermin dalam sikap berpolitik dan bernegara yang lebih demokratis.

2. Prinsip kosmologi NU

Perspektif kosmologis menegaskan alam raya bukan benda mati melainkan komprehensifitas  makhluk hidup yang selalui mengabdi kepada Allah. Ini akan berbanding terbalik dengan  kosmologis kapitalis yang  memandang alam raya materialis semata yang halal dieksploitasi untuk kepentingan hedonistis  sesaat. Kosmologi kapitalis telah merasuki cara berpikir dan bertindak manusia yang sering berujung pada ketidaktertiban sosial. Sebab parameternya yang konsumtif di satu sisi dan di sisi lain telah meninabobokan kemiskinan yang berarti juga  menghancurkan kosmologi masyarakat tradisional seperti warga NU.

3. Prinsip epistemology NU

Epistemologi lazim juga disebut  sebagai  filsafat keilmuan. Epistemologi tidak hanya menyangkut bagaimana cara berfikir, tetapi juga membicarakan sumber pengetahuan sampai ke masalah metode memperoleh pengetahuan.

Bagaimana sebenarnya epistemologi NU? Seperti  halnya kosmologi, epistemologi NU belum banyak dielaborasi. Komunitas  NU memiliki basis  keilmuan yang unik, yaitu pesantren. Sampai kurun  waktu  saat  ini pesantren sering ìdituduhî sebagai kelompok irasional oleh modernisasi yang mengusung  epistemologi model rasionalisme, empirisisme dan positivisme. Padahal sumber pengetahuan bagi komunitas  NU tidak hanya  akal dan indera tetapi juga hati atau intuisi. Dengan bantuan sumber pengetahuan tersebut metode  iluminatif dikembangkan.

Disadari atau tidak komunitas NU tidak mungkin bertumpu hanya pada epistemologi yang tunggal melainkan perlu melengkapi  diri  dengan   metode   modern. Ini sebangun dengan   munculnya kecenderungan epistemologi modern yang  gencar  melirik kepada epistemologi dengan metode intuitif yang mereka sebut sebagai pengetahuan lokal.