NGANJUK – Berita-berita seputar Covid-19 yang disiarkan oleh media se-Indonesia lambat laun mulai melemahkan mental masyarakat. Ketakutan demi ketakutan mulai menyerang imun mereka. Alhasil, ketika mengalami gejala ringan seperti batuk, pilek, panas, dan lain sebagainya yang disebabkan oleh aktivitas sehari-hari.
Hal tersebut kemudian menyebabkan mereka enggan untuk memeriksakan diri ke rumah sakit terdekat. Kalau pun tes swab menunjukkan hasil positif, mereka sudah pasti merinding ketakutan, karena akan dikarantina seketat mugkin di rumah sakit selama 14 hari.
Padahal, andai mereka tahu, bahwa meskipun tes swab menunjukkan hasil positif, atau terkonfirmasi positif Covid-19 yang disebabkan karena gejala ringan saja seperti batuk, pilek, panas, dan lain sebagainya, maka boleh melakukan isolasi mandiri (isoman) atau karantina di rumah.
Untuk lebih jelasnya, akan saya uraikan di bawah ini.
Isolasi Mandiri di Rumah
Ketika seseorang memilih untuk isolasi mandiri di rumah, sudah sepatutnya untuk melakukan 6 hal ini untuk bisa terbebas dari Covid-19 dan mencegah adanya penularan.
- Kamar untuk isolasi dipisah. Kamar yang digunakan untuk isolasi mandiri usahakan terpisah. Pastikan juga ventilasi udara yang ada baik. Selain itu, anggota keluarga di rumah sebisa mungkin untuk menghindari kontak langsung tanpa ada kepentingan yang mendesak.
- Hindari kontak langsung. Ketika seseorang melakukan isolasi mandiri di rumah, alangkah baiknya untuk tidak melakukan kontak langsung dengan anggota keluarga lainnya. Kalaupun memang diperlukan, dengan tujuan membantu membawakan makanan, obat, dan keperluan-keperluan lain yang dirasa dibutuhkan, maka cukup satu orang saja dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
- Patuhi aturan protokol kesehatan. Menaati protokol kesehatan seperti mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak mutlak diperlukan ketika melakukan isolasi mandiri di rumah. Setidaknya dengan menaati aturan tersebut, dapat mengurangi dampak penularan Covid-19 dengan anggota keluarga di rumah.
- Pemantauan dari keluarga secara rutin. Isolasi di rumah selama kurang lebih 14 hari tentu akan mengalami beberapa hal seperti jenuh, bosan, atau merasa malas. Sendirian di kamar tanpa pernah bisa keluar bukan perkara mudah. Dan untuk mencegah adanya sesuatu yang tidak diinginkan, diperlukan satu orang untuk terus memantau perkembangannya secara berskala mulai dari pagi, siang, sore, hingga malam. Tujuannya tak lain untuk memastikan bahwa kondisinya baik-baik saja dan tidak ada gangguan-gangguan lain yang mungkin saja menghambat jalannya proses isolasi mandiri seperti demam berhari-hari, batuk yang semakin menjadi-jadi, atau yang lainnya.
- Menjaga pola hidup sehat. Meski terdengar sepele, menjaga asupan seperti makan makanan yang sehat dan meminum air yang cukup sangat diperlukan untuk menjaga tubuh agar tetap fit, lebih-lebih ketika sedang menjalani masa isolasi di rumah. Dengan menjaga pola hidup sehat, pikiran akan tenang, dan tubuh tetap bisa melakukan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat seperti olahraga yang ringan dengan tujuan menghindarkan pikiran dari stres atau pikiran-pikiran negative terkait masalah Covid-19.
- Support dari keluarga. Terakhir, adalah support atau dukungan dari keluarga. Dukungan disini dalam artian mendukung sepenuhnya kegiatan isolasi mandiri salah satu anggota keluarganya. Sebab, kebanyakan orang malah men-judge bahwa adanya anggota keluarga yang positif Covid-19, merupakan suatu aib yang akan membawa musibah di keluarganya. Anggapan-anggapan seperti inilah yang perlu diluruskan. Karena bagaimanapun juga, mereka bukan penjahat. Mereka-mereka yang terserang Covid-19 hanya butuh bantuan dan support dari orang-orang terdekatnya untuk bisa kembali sembuh dan menjalani kehidupan seperti sedia kala.
Semoga saja, kita semua dilindungi oleh Allah swt. Dari Covid-19 ini. Amin.[*]