Kemandirian santri merupakan sikap yang diperoleh secara kumulatif melalui proses yang dialami santri dalam perkembangannya. Dimana, dalam proses menuju kemandirian, setiap santri akan belajar untuk menghadapi berbagai situasi dalam lingkungan sosialnya sampai ia mampu berpikir dan mengambil tindakan yang tepat dalam mengatasi setiap situasi terlebih pada saat pandemi virus corona saat ini. Berbagai aktifitas santri yang dilakukan ketika berada di pondok pesantren membantu ia untuk lebih berkembang secara emosional dan pola berpikirnya. Hal ini bertujuan agar para santri mampu menguasai dan menginternalisasikan dirinya secara mandiri.

Berbagai faktor dapat dilakukan untuk mengembangkan kemandirian pada diri seorang santri pada kondisi pandemi saat ini. Bukan merupakan sebuah halangan untuk berkarya dan melatih kemandirian, ketika ruang gerak dibatasi. Karena seorang santri dapat berkarya serta belajar didalam ruangan tanpa harus keluar dari rumah ataupun pondok pesantren.

Seorang psikososial bernama Erikson berpendapat bahwa faktor sosial lingkungan dan budaya berperan aktif dalam perkembangan manusia, termasuk didalamnya perkembangan kemandirian setiap individu.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dipahami bahwa kemandirian perlu dikembangkan dan dilatih saat ini juga.

Hakikat Kemandirian Seorang Santri

Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya dan membutuhkan orang lain. Namun ketika berjalannya waktu dan bertambahnya usia, maka ketergantungan terhadap orang lain akan berkurang. Sejatinya setiap manusia memiliki potensi dan kemandirian didalam dirinya, tinggal bagaimana cara mengembangkang potensi dan kemandirian dalam dirinya tersebut.

Untuk dapat berkembang secara baik, seorang santri memerlukan bantuan orang lain guna membimbing dan mengarahkan perkembangan potensi tersebut. Bantuan tersebut dapat berasal dari keluarga, kyai, guru, lembaga pendidikan, lingkungan, dan orang-orang terdekat. Ketika masa pandemi ini, orang terdekat dari santri tersebut berperan untuk saling mengingatkan dan menguatkan.

Sebuah pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai serta sikap yang dimiliki sebagian besar diperoleh melalui proses intraksi dari lingkungan. Lingkungan sangat berperan aktif dalam mengembangkan kemandirian dari seorang santri, bila seorang santri sejak kecil telah hidup dilingkungan agamis dan memiliki sikap yang baik maka ia akan memiliki potensi besar menjadi orang yang berkembang secara baik serta memiliki iman yang kuat sekalipun dihadapkan dengan kondisi sulit seperti pandemi virus corona ini.

Ketika seorang anak dimasukkan didalam pondok pesantren, maka ibadahnya akan tertata dengan baik. Seorang santri akan terbiasa sholat tepat waktu, takut bila meninggalkan sholat dan berbagai perkembangan baik lainnya. Didalam pondok pesantren sikap mandiri sangat mudah tertanam dalam diri seseorang karena jauh dari keluarga dan harus melakukan apapun sendiri atau bersama temannya.

Dalam perkembangan lebih lanjut, santri dapat berjalan sendiri untuk menilai mana yang baik dan mana yang buruk dalam kehidupannya.

Sedangkan menurut ahli perkembangan anak, bahwa keberhasilan seorang santri banyak ditentukan oleh kekuatan, keinginan, dan kemauan yang kuat.  Disinilah setiap diri santri dituntut kemandiriannya dalam melakukan setiap tindakan.

Didalam syariat agama Islam, memiliki sikap mandiri itu sangat dianjurkan. Contohnya kemandirian ketika dalam mempertanggungjawabkan perilaku dan perbuatannya dihadapan Allah. Kemandirian dan rasa tanggungjawab sangat berkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Ditinjau dari suatu perspektif pendidikan, bahwa masa pertumbuhan (sebelum menikah) adalah masa untuk mendapatkan bekal pengetahuan, dan pemahaman yang cukup untuk bekal sebagai seorang muslim yang mulai berdiri sendiri dengan tanggung jawab personal dihadapan Allah. Berbekal karakter dan kemandirian yang memadai, maka santri dapat dikatakan menjadi generasi emas di masa yang akan datang.

Maka, pembentukan sikap mandiri dalam diri santri sangatlah penting dan harus terus dikembangkan. Ulama di masa yang akan datang adalah seorang santri yang saat ini masih berjuang demi masa depannya dan tidak lelah dalam belajar.

Allah SWT telah menjelaskan dalam Q.S Ar-Rad ayat 11 tentang sikap kemandirian yang harus dimiliki oleh seorang hamba Allah. Yaitu:

لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ

“Bagi manusia dan malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

Ayat ini secara jelas mengandung perintah seseorang harus memiliki sikap kemandirian dan berusaha sekuat tenaga untuk merubah nasibnya sendiri dari kondisi yang kurang baik menjadi kondisi yang lebih baik dengan bekerja keras secara mandiri dan tidak lupa untuk mengingat Allah SWT.

Pada saat pandemi ini diharapkan santri dapat selalu mempertanggung-jawabkan seluruh perbuatan yang telah ia lakukan. Hal ini juga menjadi suatu hubungan dalam menjalin hubungan baik kepada Allah SWT, dengan ikatan yang disebut “Hablun Minallah”, yaitu iman dengan segala perangkatnya dan tidak menyekutukan Allah SWT dengan suatu apapun dan hanya memohon pertolongan hanya kepada Allah SWT.

Dalam Hadits riwayat Bukhari, dari Abu Abdillah Adz-Zubair bin Al-Awwam Radhillahu’anhu, Rasulullah SAW bersabda, “Demi sekiranya salah seorang dari kamu membawa tali dan pergi ke gunung untuk mencari kayu, kemudian dipikul kepasar untuk dijual dan dengan itu dapat menutup air mukanya, maka yang demikian itu lebih baik dari pada meminta-minta pada orang lain, baik mereka memberi atau menolak padanya.” (HR. Bukhari).

Hadits tersebut menunjukkan bahwa seorang manusia harus mandiri, dan menjaga diri agar tetap terhormat di sisi Allah SWT. Walaupun harus penuh dengan keringat dan kerja keras, hal itu lebih baik dari pada meminta-minta kepada orang lain. Terlebih seorang santri yang tahu lebih banyak ilmu maka harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, berusaha untuk memiliki sikap mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain sangat diperintahkan didalam agama. Sikap mandiri juga menunjukkan akhlak orang yang beriman kepada Allah SWT. Santri harus dapat menjadikan sikap mandiri sebagai karakter kesehariannya, apalagi dimusim pandemi yang menjadikan banyak permasalahan timbul silih berganti.

Penulis bernama Binti Khoirun Nisak. Tinggal di desa Berbek, kecamatan Berbek, kabupaten Nganjuk. Aktif di IPNU IPNU ranting Berbek dan masih berstatus mahasiswa di IAIN Kediri. Memiliki hobi menulis dan membaca sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Bercita-cita menjadi seorang guru Agama Islam, karena ingin ilmu yang saya dapatkan selama ini bermanfaat dan barokah. Tidak pantang menyerah ketika apa yang saya usahakan belum berhasil, karena yakin Allah SWT pasti memberikan yang terbaik kepada saya. Jika kalian ingin lebih mengenal saya, bisa menghubungi melalui email: bintikhoir35@gmail.com atau IG @bintikhoirun14.