Pimpinan Ranting (PR) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kampungbaru, Tanjunganom membuka kegiatan Rutinan Selapanan dengan Pembacaan kitab Al Barzanji dan Sholawat bertempat di Madin Al Hikam, Dusun Patuk Desa Kampungbaru Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk, Kamis (12/12/2024).

H. Abdul Aziz dalam kegiatan tersebut menyampaikan, pada saat awal NU berdiri, poin besarnya adalah untuk mempertahankan akidah Islam ahlussunnah wal jamaah. Akidah Islam ahlussunnah wal jamaah, menurutnya, meliputi tiga poin, pertama tauhid, kedua fiqih dan ketiga tasawuf atau ilmu akhlak.

“Maka IPNU-IPPNU jika akan masuk ke pesantren besar NU tiga poin itu harus betul-betul paham, maka harus ada kegiatan-kegiatan seperti ini. Ini bagus sekali sebagai gerakan IPNU-IPPNU yang nanti bermuaranya ke NU sudah paham betul akidah ahlussunnah wal Jamaah,” ucapnya.

Dikatakan, IPNU-IPPNU harus sudah paham betul Aswaja, akidahnya mengikuti Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi, paham aqaidul khomsin, paham sifat-sifat Allah dan rasul, paham nama-nama malaikat. Kemudian sampai fiqih mengikuti empat madzhab, dan bertasawufnya mengikuti  Imam Ghozali dan Imam Junaid al-Baghdadi.

“Karena kalau kita tidak mengenal tauhid, kita akan mudah tersesat, apalagi perkara fiqih yang sangat penting untuk kita kaji. Sekarang ini ilmu fiqih mudah terombang-ambing, sementara di luar sana banyak yang mengkaji ilmu fiqih lewat youtube, instagram sehingga dengan mudah mengomentari dan mengkritik ajaran Islam Aswaja. Maka itulah yang disebut NU sebagai pesantren besar yang harus kita pegang teguh ajarannya dan harus kita jaga,” tambahnya.

Ketua PR IPNU Desa Kampungbaru Albin Eka P, Jum’at (13/12/2024) mengatakan, rutinan selapanan yang telah dilaksanakan setiap malam Jum’at Wage, dalam rangka melestarikan tradisi NU yang sudah mulai luntur di kalangan IPNU-IPPNU yakni Pembacaan Al Barzanji dan Sholawat.

“IPNU dan IPPNU harus kembali kepada jati dirinya sebagai organisasi pelajar dan keagamaan. Oleh karena itu pentingnya kita kembali melestarikan tradisi-tradisi yang diturunkan para ulama-ulama NU yang termaktub dalam kitab klasik pesantren,” katanya.

Disampaikan, IPNU-IPPNU harus melestarikan tradisi NU karena tidak semua anak-anak NU memiliki kesempatan mondok di pesantren. Maka IPNU-IPPNU harus hadir memberikan kesempatan itu untuk kader maupun anggotanya. Kegiatan rutinan selapanan sekaligus sholawat diikuti kader IPNU-IPPNU se-Desa Kampungbaru diawali pembacaan Kitab Al Barzanji dan dilanjutkan sholawat.

Pewarta : Dina Tia Fatikasari